ABSTRAK
Heriwanty. 2014. Stimulasi Multisensorik untuk Mengatasi Gangguan
Berbahasa pada Anak Yang Mengalami Specific Language Impairment (SLI).
Disertasi, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Program Pascasarjana.
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd., (II)
Dr. Mudjianto, M.Pd, dan
(III) Dr. Syamsudin, M.Hum.
Kata Kunci: stimulasi multisensorik, gangguan berbahasa, Specific Language Impairment.
Perkembangan bahasa tidak sama pada setiap manusia. Manusia
yang bahasanya tidak berkembang secara normal berarti mengalami gangguan. Salah
satu bentuk gangguan berbahasa adalah
specific language impairment (SLI). Seorang anak disebut mengalami SLI
apabila anak tersebut mengalami gangguan khusus di bidang bahasa. Anak tidak
mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami retardasi mental, dan tidak
mengalami gangguan autistik.
Tujuan penelitian ini adalah menemukan penyebab gangguan berbahasa pada anak SLI, mendeskripsikan
presentasi klinis kebahasaan anak yang mengalami SLI, menerapkan intervensi
imitasi dan stimulasi multisensorik, dan mendeskripsi perkembangan kemampuan
berbahasa anak SLI setelah mengalami intervensi.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan
pendekatan Par-ticipatory Action Research
(PAR) dengan model DDAER menggunakan an-cangan teori linguistik klinis. Intervensi yang dilakukan
berupa stimulasi multisensorik, yaitu dengan melibatkan beberapa modalitas sensorik
secara bersamaan untuk mengatasi gangguan berbahasa pada anak SLI. Data pada
penelitian ini terdiri atas tuturan anak SLI sebelum intervensi, data hasil
wawancara dengan orang tua, guru, dan berbagai spesialis medis, data
pelaksanaan intervensi, dan data tuturan anak SLI setelah intervensi. Sumber
data utama penelitian ini adalah anak SLI bernama JM, siswa SD yang berdomisili
di Kota Palu, sedangkan sumber data sekunder adalah orang tua, guru, dan
praktisi kesehatan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik observasi partisipatori,
dan teknik wawancara yang dilengkapi dengan perekaman dan atau pencatatan.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam empat tahap, yakni tahap (1)
analisis penyebab gangguan SLI dengan mengumpulkan, mereduksi,
menginterpretasi, menyimpulkan dan memverifikasi data hasil wawancara, (2) analisis tuturan subjek sebelum intervensi
dengan mentranskripsikan, mereduksi, mengklasifikasi, menginterpretasi,
menyimpulkan dan memverifikasi data, (3) analisis keterlaksanaan intervensi
dengan menghitung rata-rata keterlaksanaan intervensi, dan (4) analisis tuturan
setelah intervensi dengan dengan mentranskripsikan, mereduksi, mengklasifikasi,
menginterpretasi, menyimpulkan dan memverifikasi data.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian
sebagai berikut: (1) SLI pada subjek disebabkan oleh faktor
genetik atau riwayat ke-turunan dan kurangnya stimulasi dari keluarga terdekat,
bukan karena retardasi mental, gangguan artikulasi atau gangguan pendengaran
ataupun spektrum au-tistik, (2) Presentasi
klinis subjek SLI ditunjukkan dengan berbagai defisit fonologis, defisit morfologis, defisit
sintaktis, defisit leksikosemantis, dan defisit pragmatis, (3) untuk mengurangi
defisit fonologis dilakukan intervensi berupa imitasi ucapan, sedangkan untuk
mengurangi defisit morfologis, sintaksis, leksiko-semantis, dan pragmatis
dilakukan intervensi dalam bentuk stimulasi multisensorik dengan memanfaatkan
berbagai media, dan (4) metode stimulasi memberikan kontribusi positif pada (a)
perkembangan kemampuan fonologis ; (b) perkembangan kemampuan morfologis; (c)
perkembangan kemampuan sintaksis; (d) perkembangan kemampuan leksiko-semantis;
dan (e) perkembangan kemampuan pragmatis. Selain itu, intervensi stimulasi
memberi kontribusi positif terhadap perkembangan kognitif, psikologis dan
sosial subjek.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan sebagai
berikut: (1) Orang tua memiliki peran yang sangat strategis untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa anak SLI dengan memberikan stimulasi yang lebih sering
dengan memperkatakan setiap aktivitas yang dilakukan bersama-sama, (2) Guru dapat
membantu anak SLI dalam mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bimbingan
yang terarah dan konsisten untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
anak dalam berinteraksi di kelas dan di luar kelas., (3)Peneliti berikutnya
dapat mengkaji defisit
lain yang dialami oleh anak SLI, seperti kesulitan membaca dan kesulitan
menulis dengan menggunakan ancangan teori yang sama atau berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar