Rabu, 11 Maret 2015

Specific Language Impairment



ABSTRAK
Heriwanty. 2014. Stimulasi Multisensorik untuk Mengatasi Gangguan Berbahasa pada Anak Yang Mengalami Specific Language Impairment (SLI). Disertasi, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd.,  (II)  Dr. Mudjianto,  M.Pd, dan (III)  Dr. Syamsudin, M.Hum.

Kata Kunci: stimulasi multisensorik, gangguan berbahasa, Specific Language Impairment.

Perkembangan bahasa tidak sama pada setiap manusia. Manusia yang bahasanya tidak berkembang secara normal berarti mengalami gangguan. Salah satu bentuk gangguan berbahasa adalah specific language impairment (SLI). Seorang anak disebut mengalami SLI apabila anak tersebut mengalami gangguan khusus di bidang bahasa. Anak tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami retardasi mental, dan tidak mengalami gangguan autistik.
Tujuan penelitian ini adalah menemukan  penyebab gangguan berbahasa pada anak SLI, mendeskripsikan presentasi klinis kebahasaan anak yang mengalami SLI, menerapkan intervensi imitasi dan stimulasi multisensorik, dan mendeskripsi perkembangan kemampuan berbahasa anak SLI setelah mengalami intervensi.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan pendekatan Par-ticipatory Action Research (PAR) dengan model DDAER menggunakan an-cangan teori  linguistik klinis. Intervensi yang dilakukan berupa stimulasi  multisensorik, yaitu  dengan melibatkan beberapa modalitas sensorik secara bersamaan untuk mengatasi gangguan berbahasa pada anak SLI. Data pada penelitian ini terdiri atas tuturan anak SLI sebelum intervensi, data hasil wawancara dengan orang tua, guru, dan berbagai spesialis medis, data pelaksanaan intervensi, dan data tuturan anak SLI setelah intervensi. Sumber data utama penelitian ini adalah anak SLI bernama JM, siswa SD yang berdomisili di Kota Palu, sedangkan sumber data sekunder adalah orang tua, guru, dan praktisi kesehatan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik  observasi partisipatori, dan teknik wawancara yang dilengkapi dengan perekaman dan atau pencatatan. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam empat tahap, yakni tahap (1) analisis penyebab gangguan SLI dengan mengumpulkan, mereduksi, menginterpretasi, menyimpulkan dan memverifikasi data hasil wawancara,  (2) analisis tuturan subjek sebelum intervensi dengan mentranskripsikan, mereduksi, mengklasifikasi, menginterpretasi, menyimpulkan dan memverifikasi data, (3) analisis keterlaksanaan intervensi dengan menghitung rata-rata keterlaksanaan intervensi, dan (4) analisis tuturan setelah intervensi dengan dengan mentranskripsikan, mereduksi, mengklasifikasi, menginterpretasi, menyimpulkan dan memverifikasi data. 
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian sebagai berikut: (1) SLI pada subjek disebabkan oleh faktor genetik atau riwayat ke-turunan dan kurangnya stimulasi dari keluarga terdekat, bukan karena retardasi mental, gangguan artikulasi atau gangguan pendengaran ataupun spektrum au-tistik, (2) Presentasi klinis subjek SLI ditunjukkan dengan berbagai defisit  fonologis, defisit morfologis, defisit sintaktis, defisit leksikosemantis, dan defisit pragmatis, (3) untuk mengurangi defisit fonologis dilakukan intervensi berupa imitasi ucapan, sedangkan untuk mengurangi defisit morfologis, sintaksis, leksiko-semantis, dan pragmatis dilakukan intervensi dalam bentuk stimulasi multisensorik dengan memanfaatkan berbagai media, dan (4) metode stimulasi memberikan kontribusi positif pada (a) perkembangan kemampuan fonologis ; (b) perkembangan kemampuan morfologis; (c) perkembangan kemampuan sintaksis; (d) perkembangan kemampuan leksiko-semantis; dan (e) perkembangan kemampuan pragmatis. Selain itu, intervensi stimulasi memberi kontribusi positif terhadap perkembangan kognitif, psikologis dan sosial subjek.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan sebagai berikut: (1) Orang tua memiliki peran yang sangat strategis untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak SLI dengan memberikan stimulasi yang lebih sering dengan memperkatakan setiap aktivitas yang dilakukan bersama-sama, (2) Guru dapat membantu anak SLI dalam mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bimbingan yang terarah dan konsisten untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada anak dalam berinteraksi di kelas dan di luar kelas., (3)Peneliti berikutnya dapat mengkaji defisit lain yang dialami oleh anak SLI, seperti kesulitan membaca dan kesulitan menulis dengan menggunakan ancangan teori yang sama atau berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar