Rabu, 11 Maret 2015

INTERVENSI SPECIFIC LANGUAGE IMPAIRMENT



INTERVENSI MENGGUNAKAN FLASHCARD  UNTUK MENGEMBANGKAN KOSAKATA  ANAK YANG MENGALAMI
 SPECIFIC LANGUAGE IMPAIRMENT

Heriwanty
heriwantyuntad@yahoo.co.id/eribarto71@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan dan mengevaluasi intervensi yang dilakukan kepada JM, anak yang mengalami specific language impairment (SLI). JM anak  berusia 6 tahun 2 bulan yang menurut diagnose,  JM tidak mengalami gangguan pendengaran, bukan penyandang autisme, dan tidak mengalami keterbelakangan mental. Penelitian ini bertujuan mengembangkan kosa kata anak dengan bantuan media flashcard.
Prosedur penelitian dilakukan menggunakan disain A-B-A. Penelitian diawali dengan melakukan asessment kosa kata yang dikuasai oleh JM. Asessment dilakukan dalam bentuk tes. Asessment awal dilakukan selama 8 hari. Hasil asessment awal digunakan untuk membuat program intervensi. Intervensi dilakukan dengan menggunakan flashcard.  Intervensi dilakukan selama 8 minggu. Setiap minggu intervensi dilakukan  sebanyak 3 kali. Setiap pertemuan menggunakan waktu 60 menit. Setelah 8 minggu, dilakukan assessment kembali  terhadap JM untuk mengetahui efektivitas penbggunaan flashcard untuk mengembangkan kosa kata anak yang mengalami SLI.
Hasil Intervensi menunjukkan bahwa penggunaan cerita bergambar cukup efektif untuk mengembangkan kosa kata anak yang mengalami SLI .

Keywords:  intervensi, flashcard, kosa kata, SLI

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Anak adalah masa depan sebuah keluarga. Setiap orang tua memiliki harapan agar anaknya bertumbuh dan berkembang secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan  manusia meliputi beberapa aspek. Pertama,  aspek pertumbuhan  fisik berupa perubahan ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan. Kedua, perkembangan kognitif  berupa perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan kemampuan dengan mengunakan bahasa. Ketiga, perkembangan sosial-emosional  berupa  perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, menjalin persahabatan, dan pengertian tentang moral (Santrock, 2007: 91).
Seorang anak yang mengalami masalah dalam mengekspresikan diri akan sulit dimengerti oleh orang tuanya, guru dan teman-temannya. Anak yang mengalami hal tersebut akan mendapat perlakuan yang  berbeda dari teman lainnya, bahkan menjadi bahan tertawaan yang akan menyebabkan anak frustrasi untuk membuat  orang lain mengerti (learning disabilities.about.com diakses 25 Februari 2013). Anak tersebut dapat dikategorikan sebagai anak yang mengalami gangguan berbahasa. Salah satu bentuk gangguan berbahasa pada anak adalah specific language impairment (SLI).
SLI adalah gangguan bahasa spesifik yang ditandai dengan perkembangan bahasa yang lambat. Sebagian besar anak SLI tidak mengalami defisit  kognitif atau neurologis lainnya. Menurut (Maillart & Parisse, 2006), SLI adalah sebuah nama umum meliputi tiga gangguan perkembangan bahasa, yaitu dispraxia lisan perkembangan, disfasia linguistik, dan gangguan bahasa pragmatis.
Anak adalah harapan keluarga dan pilar bangsa di masa yang akan datang. Pengawalan perkembangan anak menjadi tanggung jawab setiap orang, bukan hanya keluarga. Perkembangan bahasa menjadi vital karena kemampuan berbahasa merupakan investasi masa depan bagi anak. Untuk itu, peneliti merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan bahasa anak yang menderita SLI  melalui intervensi penggunaan flashcard.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana langkah-langah penerapan intervensi penggunaan flashcard untuk mengembangkan kosakata anak yang mengalami SLI?
b.      Apakah penggunaan flashcard dapat mengembangkan kosa kata anak yang mengalami SLI?

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a.         Untuk menggambarkan langkah-langkah penerapan intervensi penggunaan flashcard dalam mengembangkan kosa kata  anak yang mengalami  SLI.
b.        Untuk mengembangkan kosa kata anak yang mengalami  SLI melalui  intervensi  penggunaan flashcard.

1.4  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Secara Teoritis
Untuk mengembangkan konsep-konsep multidisipliner dan mengembangkan linguistik terapan, terutama lingustik klinis di Indonesia.
2. Secara Praktis
Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kompetensi sekaligus  terapi gangguan SLI pada anak. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh ahli terapi untuk kasus yang hampir sama. 

2.      Kajian Pustaka
2.1 Intervensi
Penanganan anak yang menyandang gangguan bahasa ekspresif sebaiknya dilakukan dua arah (Tiel, 2011: 159).  Dalam hal ini, peneliti tidak hanya melihat kelemahan anak tetapi juga kekuatannya agar anak tidak merasa tertekan.  Menurut (Hernawati, 2009: 4), dalam melakukan intervensi, perlu mengikuti prosedur umum sebagai berikut:
a.      Asessment
Asessment adalah pengukuran dan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui defisit atau kelemahan apa yang dialami oleh anak. Penilaian dapat bervariasi berdasarkan usia anak. Keterampilan narasi misalnya,   dapat dinilai dengan meminta  anak menceritakan kembali cerita dengan menggunakan buku bergambar tanpa kata-kata (Swanson, 2005).
b.      Menganalisis Hasil Assessment
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan assessment perlu dianalisis untuk melihat detail aspek yang akan diintervensi, misalnya intervensi aspek fonologis, morfosintaksis, semantis atau pragmatis.
c.       Membuat Program Intervensi
Pembuatan program intervensi didasarkan atas hasil analisis. Program intervensi memuat metode dan teknik intervensi, prosedur intervensi, target intervensi, jadwal intervensi, dan pelaku intervensi.
d.      Melaksanakan Program Intervensi
Program intervensi yang telah disusun perlu dilaksanakan secara konsisten agar target intervensi dapat tercapai. Pelaksanaan intervensi memerlukan pengamatan yang intensif dari pelaksana intervensi. Sedapat mungkin intervensi dibantu dengan alat rekam dan pencatatan.
e.       Evaluasi atau Asessment Ulang dan Tindak lanjut
Assessmen ulang dilakukan setelah intervensi dilaksanakan. Tujuan assessmen ulang adalah untuk mengetahui perkembangan aspek-aspek defisit yang telah diintervensi. Asessmen ulang sangat penting untuk melihat keberhasilan intervensi.
Anak dengan SLI yang mengalami defisit sintaksis dapat diintervensi dengan berbagai teknik. Hasil penelitien Gillam ( dalam Clark & Kamhi, 2009) menunjukkan bahwa strategi imitasi, pemodelan, dan produksi menimbulkan dampak  yang besar pada anak-anak dengan kesulitan sintaksis ekspresif.
Mortimer (2003:8) menyebutkan beberapa bentuk intervensi yang dapat dilakukan untuk  meningkatkan kemampuan berbicara pada  anak dengan gangguan bahasa ekspresif, yaitu: a) bermain menggunakan boneka dan telepon untuk mendorong vokalisasi b) bermain bersama dalam kelompok kecil sehingga anak memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendengar dengan sungguh-sunguh dan mengulanginya c) Latihan membuat gerakan mulut, lidah dan suara saat berbicara dengan jelas di depan kaca secara bersama-sama, d) Saat anak mengucapkan suatu kata secara tidak jelas, jangan meminta anak untuk mengatakannya  dengan benar. Sebaiknya ulangi kata tersebut dengan jelas  kepada mereka sehingga mereka  dapat mendengar versi yang benar.
2.2    Flashcard
Flashcard merupakan media yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Wibawa (Ratnasari, 2003:16), flashcard biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing khususnya.
Arsyad (2005:119) menjelaskan bahwa flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar-gambar, teks atau simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu, dapat digunakan untuk melatih anak dalam mengeja dan memperkaya kosakata. Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.
Media flashcard memiliki beberapa kelebihan, yaitu mudah dibawa dan tidak membutuhkan ruang yang besar, praktis karena tidak membutuhkan keahlian khusus dalam penggunaannya, mudah diingat karena menyajikan pesan-pesan singkat, serta menyenangkan dan menarik karena flashcard dalam penggunaannya bisa melalui permainan. 

2.3 Kosa Kata
Kosa kata  berhubungan dengan kemampuan semantic seseorang. Kemampuan semantis adalah kemampuan pemahaman bahasa, baik secara pasif maupun aktif. Pemahaman bahasa sangat didukung oleh tingkat penguasaan kosakata anak. Untuk mengembangkan penguasaan kosa kata anak usia dini tidak dapat dilepaskan dengan penentuan kosa kata apa saja yang sesuai dengan anak usia dini itu sendiri, untuk itu perlu perlu diuraikan mengenai kata-kata yang relevan dan sesuai untuk anak usia dini, uraian kosa kata terkait erat dengan jenis kata. 
Keraf (194) menjelaskan kelas kata bahasa Indonesia dibagi menjadi  empat kelas utama, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Untuk anak usia dini kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari meliputi kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan waktu.
2.4 Specific Language Impairment
Pada anak yang mengalami SLI terjadi masalah dengan persepsi pendengaran dan proses fonologis yang sangat memberi dampak pada kemampuan membaca anak (Bishop & Snowling, 2004:  859).  Fey et al (dalam Schmidt 2012: 1) mengatakan bahwa anak yang mengalami SLI menunjukkan defisit dalam bidang fonologi, semantik leksikal dan relasional, sintaksis, morfologi, dan pragmatik.   Keterkaitan perkembangan kontrol oral  motorik dengan gangguan bicara dan bahasa pada anak-anak dengan SLI adalah  mereka tidak mampu bertahan dengan fitur sintaksis-semantik fitur untuk tata bahasa mereka. Hal ini membuat anak-anak tidak dapat mengembangkan aturan morfofonemik (Aguilar-Mediavilla et al, 2002: 577).
Ciri SLI menurut Gillam (2009) adalah sebagai berikut: (a) kekurangan vocabulary, (b) tidak mampu menggunakan kalimat kompleks, (c) tatabahasa lemah, (d) kurang mampu menggunakan pronoun dan konjungsi, (e) kesulitan dalam memahami cerita, dan (f) kesulitan dalam memproduksi cerita. Ditambahkan oleh  Aguilar-Mediavilla et al (dalam Schmidt, 2012) bahwa: (a) anak-anak SLI kurang akurat dalam produksi ujaran jika melihat usia mereka, (b) anak-anak SLI juga kurang akurat dalam perkembangan penggunaan bunyi-bunyi lateral, nasal, dan glottal, (c)  anak-anak  SLI juga menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pemerolehan struktur suku kata yang sederhana, seperti  CV  dan (d) anak-anak SLI juga menunjukkan sering mengalami  afrikasi,  lateralisasi, pengurangan klaster, dan penghapusan klaster.
 Hasil penelitian di atas mendukung hipotesis Leonard (2000: 3)  bahwa anak-anak dengan SLI memiliki pengolahan memori yang lambat. Penelitian di atas sangat  membantu  menjelaskan gejala dan keseluruhan proses yang mengalami defisit untuk mengembangkan intervensi  anak-anak dengan SLI. Bishop (2007:18) juga menjelaskan bahwa anak dengan SLI mengalami masalah dalam belajar kata, membuat ujaran yang benar, memproduksi atau memahami kalimat kompleks.
Berdasarkan hasil penelitian para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami SLI memiliki gejala sebagai berikut: (a) lemah dalam menghasilkan bunyi yang benar, (b) lemah dalam belajar kosa kata, (c) mengalami gangguan dalam menghasilkan maupun memahami kalimat kompleks,  (d) mengalami gangguan dalam mengklasifikasi bunyi, (e) menggunakan kalimat yang pendek dan tidak gramatikal, (f) pada beberapa kasus anak yang berusia tujuh tahun berbicara seperti bayi.
Setelah melakukan berbagai penelitian, Gilam (2009) menyimpulkan bahwa dengan berbagai kondisi yang dialami oleh anak dengan SLI maka target intervensi SLI pada umumnya adalah perbendaharaan kata umum,  tatabahasa morfologi dan sintaksis, kesadaran fonologis, dan cerita.
3.      Metode Penelitian
3.1 Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu selama 3 bulan, mulai Mei s.d. Juli 2013.  Subjek penelitian adalah JM, anak yang mengalami SLI dengan identitas sebagai berikut:
Nama                                       : JM
Tempat tanggal lahir               : Palu, 9 Oktober 2006
Umur                                       : 6 tahun  7 bulan
Nama  ayah                             : YR (37 tahun)
Pekerjaan                                 : Polisi
Nama Ibu                                : J (35 tahun)
Pekerjaan                                 : Perawat
Hasil screening perkembangan bahasa berdasarkan kartu menuju sehat dan wawancara dengan orang tua dan nenek subjek dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.         1-2 tahun  : hanya diam, tidak bisa berbicara sama sekali
b.        2-3 tahun : bisa berbicara, tetapi tidak jelas artikulasinya. Contoh: au-au, e e
c.         3-4 tahun : hanya bisa menyebut ma, pa, ta
d.        5 tahun     : hanya bisa berbicara beberapa kata, dan sebagian kata  hanya diucapkan suku kata terakhir tanpa konsonan, itupun pengucapannya sedikit susah. Seperti: ya, ma, tata, eto, ito.
e.         6 tahun     : sudah mampu mengucapkan kalimat dengan dua kata, namun tidak sempurna, seperti tata lia (tante Ria), mau mana (mau makan), dan bita taya (bisa saya).
Berdasarkan keterangan orang tua dan nenek subjek,  dapat disimpulkan bahwa pada usia 1-2 tahun subjek  tidak bisa berbicara tetapi mengerti jika diberi perintah atau instruksi oleh orangtuanya. Pada usia 2-3 tahun JM mampu  berbicara tetapi tidak jelas artikulasinya. JM hanya bisa memproduksi fonem-fonem vocal. Subjek  mengerti jika diberi perintah oleh ibunya atau mengerti  tuturan  yang dilontarkan oleh orang tuanya. Sampai pada usia 6 tahun, subjek  belum bisa merangkai kalimat dengan benar.
3.2  Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan disain A-B-A, yaitu assessment-intervensi-asessment.
3.2.1        Asesement Awal
Pada assessment awal disiapkan  200 flashcard yang berisi berbagai macam gambar yang disertai deskripsi sederhana. Flashcard berisi gambar-gambar sederhana yang diberi nama dan deskripsi singkat.  Subjek diminta untuk melabeli/menamai setiap flashcard. Hasil penamaan ditranskripsi ke dalam tulisan. Setiap penamaan, baik yang jelas maupun tidak jelas dicatat pada format assessment berikut.
Tabel 1.  Format Assesment Awal
No
Jenis Gambar
Jumlah Gambar
Gambar  T
Gambar TT
Gambar T Artikulasi J
Gambar T Artikulasi TJ
1
Anggota tubuh
20




2
Binatang
20




3
Alat tulis/sekolah
10




4
Aktivitas
35




5
Anggota Keluarga
10




6
Perabot rumah tangga
20




7
Alat makan
10




8
Alat mandi
10




9
Makanan dan minuman
30




10
Nama buah
10




11
Nama Kendaraan
10




12
Nama warna
10




13
Rasa
5




Keterangan:
T          : (diketahui)
TT        : (tidak diketahui)
J           : (jelas)
TJ        : (tidak jelas)
3.2.2        Intervensi
Intervensi disusun berdasarkan hasil assessment awal. Flashcard yang tidak diketahui (TT) oleh subjek dipisahkan dengan flashcard yang sudah diketahui (T). Setiap flashcard TT diberi deskripsi singkat dengan bahasa sederhana pada bagian belakang flashcard. Setelah semua bahan disiapkan, dilakukan intervensi dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2. Aktivitas Intervensi
No
Minggu
Aktivitas
Jenis Flashcard
Keterangan
1
I
Memperkenalkan anggota tubuh dan fungsinya
Menjelaskan  alat mandi serta fungsinya
Gambar tubuh manusia dan gambar alat mandi
Setiap sesi disertai dengan cara artikulasi yang benar
2
II
Memperkenalkan nama buah dan rasanya masing-masing
Memperkenalkan nama-nama binatang dan manfaat dan bahayanya masing-masing
Gambar buah dan gambar binatang

3
III
Menjelaskan Alat tulis/sekolah dan fungsinya
Menjelaskan nama anggota keluarga dan kedudukannya dalam keluarga
Gambar alat tulis/alat sekolah/foto keluarga

4
IV
Menjelaskan berbagai aktivitas dan pelaku aktivitas
Gambar aktivitas

5
V
Menjelaskan jenis makanan dan minuman
Gambar makanan dan minuman

6
VI
Menjelaskan berbagai perabot rumah dan fungsinya
Gambar perabot

7
VII
Menjelaskan jenis-jenis alat makan dan fungsinya beserta warna masing-masing
Gambar alat makan yang berwarna warni

8
VIII
Menjelaskan jenis-jenis kendaraan dan tempat operasinya
Gambar kendaraan

 


Setiap selesai satu sesi intervensi dilakukan evaluasi selama 10 menit untuk mengetahui capaian JM pada setiap sesi.
2.2.1        Asessment Ulang
Asessment ulang dilakukan setelah semua sesi intervensi rampung. Asessment ulang dilakukan tetap menggunakan instrument assessment awal, yaitu seluruh flashcard berjumlah 200. Asesment ulang dilakukan dengan teknik yang sama dengan assessment awal, namun ditambah dengan tes pemahaman tentang kosakata pada konteks sehari-hari.
2.3  Data dan  Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah tuturan subjek. Teknik pengumpulan data berupa  tes, wawancara, dan observasi. Teknik observasi digunakan selama intervensi berlangsung. Melalui observasi diharapkan tidak ada moment yang hilang. Untuk itu, observasi dilengkapi dengan teknik perekaman dan pencatatan.
2.4  Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik  presentase, yaitu  menghitung persentase kosa kata yang diketahui, baik yang artikulasinya benar, maupun yang tidak.  Adapun alur analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a.    Tuturan berupa kata ditranskripsi ke dalam bahasa tulis
b.    Menghitung jumlah kata yang diketahui dan persentasenya
c.    Menghitung jumlah kata yang bisa diproduksi dengan jelas dan berapa tuturan yang tidak dapat diproduksi dengan jelas
d.   Mendeskripsi hasil intervensi. Deskripsi bukan hanya capaian kosa kata dari segi  kuantitatif, tetapi juga proses pencapaiannya.  

3.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sesuai disain intervensi yang telah disusun, sebelum intervensi dilakukan assessment awal untuk mengetahui baseline 1 subjek. Asesment dilakukan untuk mengetahui kosakata yang dimiliki oleh subjek secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil assessment menunujukkan bahwa dari sejumlah 200 kata yang terdapat pada flashcard, hanya  98 yang diketahui oleh JM seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Asessment Awal
No
Jenis Gambar
Jumlah Gambar
Gambar  T
Gambar TT
Gambar T Artikulasi J
Gambar T Artikulasi TJ
1
Anggota tubuh
20
14
6
2
12
2
Binatang
20
7
13
1
6
3
Alat tulis/sekolah
10
5
5
0
5
4
Aktivitas
35
21
14
2
19
5
Anggota  Keluarga
10
8
2
4
4
6
Perabot rumah tangga
20
9
11
2
7
7
Alat makan
10
3
7
0
3
8
Alat mandi
10
5
5
0
5
9
Makanan dan minuman
30
10
20
2
8
10
Nama buah
10
6
4
0
6
11
Nama Kendaraan
10
4
6
0
4
12
Nama warna
10
5
5
1
4
13
Rasa
5
1
4
0
1

Jumlah
200
98
102
14
84




Persentase kosa kata yang diketahui JM adalah 98  kata atau 49%. Sedangkan kosa kata yang dapat diartikulasikan dengan benar dari kosa kata yang diketahui adalah  sebanyak 14 kata atau  14,2 %.
Setelah dilakukan intervensi terhadap subjek ada peningkatan penguasaaan kosa kata dan cara artikulasi yang benar. Hasil intervensi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil Asessment Ulang
No
Jenis Gambar
Jumlah Gambar
Gambar  T
Gambar TT
Gambar T Artikulasi J
Gambar T Artikulasi TJ
1
Anggota tubuh
20
19
1
5
14
2
Binatang
20
15
5
3
12
3
Alat tulis/sekolah
10
10
0
1
9
4
Aktivitas
35
31
4
4
27
5
Anggota  Keluarga
10
10
0
5
5
6
Perabot rumah tangga
20
15
5
4
11
7
Alat makan
10
7
3
1
6
8
Alat mandi
10
9
1
2
7
9
Makanan dan minuman
30
21
9
4
17
10
Nama buah
10
9
1
1
8
11
Nama Kendaraan
10
8
2
1
7
12
Nama warna
10
9
1
2
7
13
Rasa
5
5
0
2
3

Jumlah
200
168
32
35
133

Persentase penguasaan kosa kata hingga akhir intervensi sebanyak 168 kata atau sebesar 84%. Jumlah kata yang tidak jelas dapat diminimalkan sehingga persentasenya lebih kecil dibandingkan sebelum intervensi. Kata yang jelas sebanyak 32 atau 19% .  Pada saat melakukan intervensi, perhatian subjek tertuju pada mulut peneliti. Peneliti sering terkecoh karena tidak mendapat perhatian subjek karena mata tidak tertuju pada mata peneliti atau flashcard yang menjadi media.
4.      Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
a.       Penerapan intervensi penggunaan flashcard untuk mengembangkan kosa kata  anak yang mengalami  SLI sangat efektif. Efektifitas  penggunaan dilihat pada adanya peningkatan kosa kata yang dikuasai dari 49% menjadi 84%. Jadi peningkatannya mencapai  39%.
b.      Ada peningkatan kejelasan artikulasi sebanyak 4,8% dari 168 kata yang dimiliki JM.
c.       Artikulasi kata yang kurang jelas dapat diatasi dengan imitasi yang intensif.

4.2  Saran
a.       Asessment dapat dilakukan pada semua bidang kebahasaan, bukan hanya kosa kata.
b.      Defisit bahasa yang dialami oleh anak SLI sangat kompleks. Setiap defisit membutuhkan intervensi yang berbeda-beda. Untuk itu, SLI merupakan lahan subur untuk mengembangkan intervensi bagi anak berkebutuhan khusus.

DAFTAR RUJUKAN
Bishop, Dorothy V.M., & Margaret J. Snowling. 2004. Developmental Dyslexia and Specific Language Impairment: Same or Different?, (Online), Psychological Bulletin, Volume 130 Nomor 6, halaman 858-886, diakses 13 Pebruari 2013.
Bishop, Dorothy V.M. & Leonard Laurence B. 2007. Dorothy Bishop: Understanding Specific Language Impairment. Wellcome Trust. High Quality Research.
Bishop, Dorothy V.M. & Leonard Laurence B. 2000. Speech and Language Impairments in Children: Causes, Characteristics, Intervention and Outcome. New York, NY, US: Psychology Press.
Hernawati, Tati. 2009. Intervensi Gangguan Bahasa. (Makalah) UPI Bandung (Online) file.upi.edu diakses 25 Februari 2013.
Leonard, Laurence B. 2000. Children with Specific language Impairment. Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology Press.
Santrock, John W. 2007a.  Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Kesebelas Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. 2007b.  Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Kesebelas Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Schmidt, Will. 2012. Effective Interventions for Preschool Children with Specific Language Impairment. (Online) Makalah Graduate School Southern Illinois University Carbondale, diakses 15 Pebruari 2013.
Swanson, Lori A. et al. 2005. Use of Narrative-Based Language Intervention With Children Who Have Specific Language Impairment . American Journal of Speech-Language Pathology . Vol. 14,  pp 131–143 , diakses 10 Maret 2013.
Van Tiel, Julia Maria. 2011. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar