INTERVENSI
MENGGUNAKAN FLASHCARD UNTUK MENGEMBANGKAN KOSAKATA ANAK YANG MENGALAMI
SPECIFIC
LANGUAGE IMPAIRMENT
Heriwanty
heriwantyuntad@yahoo.co.id/eribarto71@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan dan mengevaluasi intervensi yang dilakukan kepada
JM, anak yang mengalami specific language
impairment (SLI). JM anak berusia 6
tahun 2 bulan yang menurut diagnose, JM
tidak mengalami gangguan pendengaran, bukan penyandang autisme, dan tidak
mengalami keterbelakangan mental. Penelitian ini bertujuan mengembangkan kosa
kata anak dengan bantuan media flashcard.
Prosedur
penelitian dilakukan menggunakan disain A-B-A. Penelitian diawali dengan
melakukan asessment kosa kata yang dikuasai oleh JM. Asessment dilakukan dalam
bentuk tes. Asessment awal dilakukan selama 8 hari. Hasil asessment awal
digunakan untuk membuat program intervensi. Intervensi dilakukan dengan menggunakan
flashcard. Intervensi dilakukan selama 8 minggu. Setiap
minggu intervensi dilakukan sebanyak 3 kali.
Setiap pertemuan menggunakan waktu 60 menit. Setelah 8 minggu, dilakukan
assessment kembali terhadap JM untuk
mengetahui efektivitas penbggunaan flashcard untuk mengembangkan kosa kata anak
yang mengalami SLI.
Hasil
Intervensi menunjukkan
bahwa penggunaan cerita bergambar cukup efektif untuk mengembangkan kosa kata
anak yang mengalami SLI .
Keywords: intervensi, flashcard, kosa kata, SLI
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Anak adalah masa depan sebuah keluarga.
Setiap orang tua memiliki harapan agar anaknya bertumbuh dan berkembang secara
normal. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia meliputi beberapa aspek. Pertama, aspek pertumbuhan fisik berupa perubahan ukuran tubuh, proporsi
anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh
seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.
Kedua, perkembangan kognitif berupa
perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk
rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi,
kreativitas, dan kemampuan dengan mengunakan bahasa. Ketiga, perkembangan
sosial-emosional berupa perkembangan berkomunikasi secara emosional,
memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain,
pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang
lain, menjalin persahabatan, dan pengertian tentang moral (Santrock, 2007: 91).
Seorang anak yang mengalami masalah
dalam mengekspresikan diri akan sulit dimengerti oleh orang tuanya, guru dan
teman-temannya. Anak yang mengalami hal tersebut akan mendapat perlakuan
yang berbeda dari teman lainnya, bahkan
menjadi bahan tertawaan yang akan menyebabkan anak frustrasi untuk membuat orang lain mengerti (learning
disabilities.about.com diakses 25 Februari 2013). Anak tersebut dapat
dikategorikan sebagai anak yang mengalami gangguan berbahasa. Salah satu bentuk
gangguan berbahasa pada anak adalah specific
language impairment (SLI).
SLI adalah gangguan bahasa spesifik yang
ditandai dengan perkembangan
bahasa yang lambat. Sebagian besar anak SLI tidak
mengalami defisit kognitif atau neurologis lainnya. Menurut
(Maillart & Parisse, 2006), SLI adalah sebuah nama umum meliputi tiga gangguan perkembangan bahasa,
yaitu dispraxia lisan perkembangan, disfasia linguistik, dan gangguan bahasa pragmatis.
Anak
adalah harapan keluarga dan pilar bangsa di masa yang akan datang. Pengawalan
perkembangan anak menjadi tanggung jawab setiap orang, bukan hanya keluarga.
Perkembangan bahasa menjadi vital karena kemampuan berbahasa merupakan
investasi masa depan bagi anak. Untuk itu, peneliti merasa terpanggil untuk
memberikan kontribusi bagi perkembangan bahasa anak yang menderita SLI melalui intervensi penggunaan flashcard.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
langkah-langah penerapan intervensi penggunaan flashcard untuk mengembangkan kosakata anak yang mengalami SLI?
b.
Apakah
penggunaan flashcard dapat
mengembangkan kosa kata anak yang mengalami SLI?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a.
Untuk
menggambarkan langkah-langkah penerapan intervensi penggunaan flashcard dalam mengembangkan kosa kata anak yang mengalami SLI.
b.
Untuk
mengembangkan kosa kata anak yang mengalami
SLI melalui intervensi penggunaan flashcard.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Secara Teoritis
Untuk mengembangkan konsep-konsep
multidisipliner dan mengembangkan linguistik terapan, terutama lingustik klinis
di Indonesia.
2. Secara
Praktis
Sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kompetensi sekaligus terapi
gangguan SLI pada anak. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh ahli
terapi untuk kasus yang hampir sama.
2.
Kajian
Pustaka
2.1 Intervensi
Penanganan anak yang menyandang gangguan
bahasa ekspresif sebaiknya dilakukan dua arah (Tiel, 2011: 159). Dalam hal ini, peneliti tidak hanya melihat
kelemahan anak tetapi juga kekuatannya agar anak tidak merasa tertekan. Menurut (Hernawati, 2009: 4), dalam melakukan
intervensi, perlu mengikuti prosedur umum sebagai berikut:
a.
Asessment
Asessment
adalah pengukuran dan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui defisit atau
kelemahan apa yang dialami oleh anak. Penilaian
dapat bervariasi berdasarkan usia anak. Keterampilan narasi
misalnya, dapat dinilai dengan meminta anak menceritakan
kembali cerita dengan menggunakan buku bergambar tanpa kata-kata (Swanson,
2005).
b.
Menganalisis
Hasil Assessment
Hasil
yang diperoleh dari pelaksanaan assessment perlu dianalisis untuk melihat
detail aspek yang akan diintervensi, misalnya intervensi aspek fonologis,
morfosintaksis, semantis atau pragmatis.
c.
Membuat Program
Intervensi
Pembuatan
program intervensi didasarkan atas hasil analisis. Program intervensi memuat
metode dan teknik intervensi, prosedur intervensi, target intervensi, jadwal
intervensi, dan pelaku intervensi.
d.
Melaksanakan Program
Intervensi
Program
intervensi yang telah disusun perlu dilaksanakan secara konsisten agar target
intervensi dapat tercapai. Pelaksanaan intervensi memerlukan pengamatan yang
intensif dari pelaksana intervensi. Sedapat mungkin intervensi dibantu dengan
alat rekam dan pencatatan.
e.
Evaluasi atau
Asessment Ulang dan Tindak lanjut
Assessmen
ulang dilakukan setelah intervensi dilaksanakan. Tujuan assessmen ulang adalah
untuk mengetahui perkembangan aspek-aspek defisit yang telah diintervensi. Asessmen
ulang sangat penting untuk melihat keberhasilan intervensi.
Anak
dengan SLI yang mengalami defisit sintaksis dapat diintervensi dengan berbagai
teknik. Hasil penelitien Gillam ( dalam Clark & Kamhi,
2009) menunjukkan bahwa strategi imitasi,
pemodelan, dan produksi menimbulkan dampak yang besar pada anak-anak dengan
kesulitan sintaksis ekspresif.
Mortimer
(2003:8) menyebutkan beberapa bentuk intervensi yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak dengan gangguan
bahasa ekspresif, yaitu: a) bermain menggunakan boneka dan telepon untuk
mendorong vokalisasi b) bermain bersama dalam kelompok kecil sehingga anak
memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendengar dengan sungguh-sunguh dan
mengulanginya c) Latihan membuat gerakan mulut, lidah dan suara saat berbicara
dengan jelas di depan kaca secara bersama-sama, d) Saat anak mengucapkan suatu
kata secara tidak jelas, jangan meminta anak untuk mengatakannya dengan benar. Sebaiknya ulangi kata tersebut
dengan jelas kepada mereka sehingga
mereka dapat mendengar versi yang benar.
2.2
Flashcard
Flashcard
merupakan
media yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Wibawa (Ratnasari, 2003:16), flashcard
biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan
untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam pelajaran bahasa pada umumnya dan
bahasa asing khususnya.
Arsyad
(2005:119) menjelaskan bahwa flashcard adalah kartu kecil yang berisi
gambar-gambar, teks atau simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu, dapat digunakan untuk melatih anak
dalam mengeja dan memperkaya kosakata. Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm,
atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.
Media flashcard memiliki beberapa
kelebihan, yaitu mudah dibawa dan tidak membutuhkan ruang yang besar, praktis
karena tidak membutuhkan keahlian khusus dalam penggunaannya, mudah diingat
karena menyajikan pesan-pesan singkat, serta menyenangkan dan menarik karena
flashcard dalam penggunaannya bisa melalui permainan.
2.3 Kosa Kata
Kosa kata berhubungan
dengan kemampuan semantic seseorang. Kemampuan semantis adalah kemampuan
pemahaman bahasa, baik secara pasif maupun aktif. Pemahaman bahasa sangat
didukung oleh tingkat penguasaan kosakata anak. Untuk mengembangkan penguasaan
kosa kata anak usia dini tidak dapat dilepaskan dengan penentuan kosa kata apa
saja yang sesuai dengan anak usia dini itu sendiri, untuk itu perlu perlu
diuraikan mengenai kata-kata yang relevan dan sesuai untuk anak usia dini,
uraian kosa kata terkait erat dengan jenis kata.
Keraf
(194) menjelaskan kelas kata bahasa Indonesia dibagi menjadi empat kelas utama, yaitu kata benda, kata
kerja, kata sifat, dan kata tugas. Untuk anak usia dini kosa kata yang
diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari meliputi kata benda, kata kerja,
kata sifat, kata keterangan waktu.
2.4 Specific Language Impairment
Pada
anak yang mengalami SLI terjadi masalah dengan persepsi pendengaran dan proses
fonologis yang sangat memberi dampak pada kemampuan membaca anak (Bishop &
Snowling, 2004: 859). Fey et al (dalam Schmidt 2012: 1) mengatakan
bahwa anak yang mengalami SLI menunjukkan
defisit dalam
bidang fonologi, semantik leksikal dan relasional,
sintaksis, morfologi, dan pragmatik. Keterkaitan perkembangan kontrol oral motorik dengan gangguan bicara dan bahasa
pada anak-anak dengan SLI adalah mereka tidak mampu bertahan dengan fitur sintaksis-semantik fitur untuk tata bahasa mereka. Hal
ini membuat anak-anak tidak dapat mengembangkan
aturan
morfofonemik (Aguilar-Mediavilla
et al, 2002: 577).
Ciri SLI menurut
Gillam (2009) adalah sebagai berikut: (a) kekurangan vocabulary, (b) tidak
mampu menggunakan kalimat kompleks, (c) tatabahasa lemah, (d) kurang mampu
menggunakan pronoun dan konjungsi, (e) kesulitan dalam memahami cerita, dan (f)
kesulitan dalam memproduksi cerita. Ditambahkan oleh Aguilar-Mediavilla
et al
(dalam Schmidt, 2012) bahwa: (a) anak-anak SLI
kurang akurat dalam produksi ujaran jika
melihat usia mereka, (b) anak-anak SLI juga kurang akurat dalam perkembangan penggunaan bunyi-bunyi
lateral, nasal, dan glottal,
(c) anak-anak SLI juga
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pemerolehan struktur suku kata yang sederhana, seperti CV dan (d) anak-anak SLI juga menunjukkan sering
mengalami afrikasi, lateralisasi,
pengurangan klaster, dan penghapusan klaster.
Hasil penelitian di atas mendukung hipotesis Leonard (2000: 3) bahwa anak-anak dengan SLI memiliki
pengolahan memori
yang lambat. Penelitian di atas sangat membantu menjelaskan gejala dan keseluruhan proses yang
mengalami defisit untuk mengembangkan
intervensi anak-anak dengan SLI. Bishop (2007:18) juga
menjelaskan bahwa anak dengan SLI mengalami masalah dalam belajar kata, membuat
ujaran yang benar, memproduksi atau memahami kalimat kompleks.
Berdasarkan
hasil penelitian para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa anak yang
mengalami SLI memiliki gejala sebagai berikut: (a) lemah dalam menghasilkan
bunyi yang benar, (b) lemah dalam belajar kosa kata, (c) mengalami gangguan
dalam menghasilkan maupun memahami kalimat kompleks, (d) mengalami gangguan dalam mengklasifikasi
bunyi, (e) menggunakan kalimat yang pendek dan tidak gramatikal, (f) pada
beberapa kasus anak yang berusia tujuh tahun berbicara seperti bayi.
Setelah
melakukan berbagai penelitian, Gilam (2009) menyimpulkan bahwa dengan berbagai
kondisi yang dialami oleh anak dengan SLI maka target intervensi SLI pada
umumnya adalah perbendaharaan kata umum,
tatabahasa morfologi dan sintaksis, kesadaran fonologis, dan cerita.
3. Metode Penelitian
3.1 Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Kota Palu selama 3 bulan, mulai Mei s.d. Juli 2013. Subjek penelitian adalah JM, anak yang
mengalami SLI dengan identitas sebagai berikut:
Nama : JM
Tempat tanggal
lahir : Palu, 9 Oktober 2006
Umur : 6 tahun 7 bulan
Nama ayah :
YR (37 tahun)
Pekerjaan : Polisi
Nama Ibu : J (35 tahun)
Pekerjaan : Perawat
Hasil screening perkembangan bahasa
berdasarkan kartu menuju sehat dan wawancara dengan orang tua dan nenek subjek
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
1-2
tahun : hanya diam, tidak bisa berbicara
sama sekali
b.
2-3
tahun : bisa berbicara, tetapi tidak
jelas artikulasinya. Contoh: au-au, e e
c.
3-4
tahun : hanya bisa menyebut ma, pa, ta
d.
5
tahun : hanya bisa berbicara beberapa
kata, dan sebagian kata hanya diucapkan
suku kata terakhir tanpa konsonan, itupun pengucapannya sedikit susah. Seperti:
ya, ma, tata, eto, ito.
e.
6
tahun : sudah mampu mengucapkan
kalimat dengan dua kata, namun tidak sempurna, seperti tata lia (tante Ria),
mau mana (mau makan), dan bita taya (bisa saya).
Berdasarkan
keterangan orang tua dan nenek subjek,
dapat disimpulkan bahwa pada usia 1-2 tahun subjek tidak bisa berbicara tetapi mengerti jika
diberi perintah atau instruksi oleh orangtuanya. Pada usia 2-3 tahun JM mampu berbicara tetapi tidak jelas artikulasinya.
JM hanya bisa memproduksi fonem-fonem vocal. Subjek mengerti jika diberi perintah oleh ibunya
atau mengerti tuturan yang dilontarkan oleh orang tuanya. Sampai
pada usia 6 tahun, subjek belum bisa
merangkai kalimat dengan benar.
3.2 Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan disain
A-B-A, yaitu assessment-intervensi-asessment.
3.2.1
Asesement Awal
Pada assessment
awal disiapkan 200 flashcard yang berisi
berbagai macam gambar yang disertai deskripsi sederhana. Flashcard berisi gambar-gambar sederhana yang diberi nama dan
deskripsi singkat. Subjek diminta untuk
melabeli/menamai setiap flashcard.
Hasil penamaan ditranskripsi ke dalam tulisan. Setiap penamaan, baik yang jelas
maupun tidak jelas dicatat pada format assessment berikut.
Tabel
1. Format Assesment Awal
No
|
Jenis Gambar
|
Jumlah Gambar
|
Gambar T
|
Gambar TT
|
Gambar T Artikulasi
J
|
Gambar T Artikulasi
TJ
|
1
|
Anggota tubuh
|
20
|
||||
2
|
Binatang
|
20
|
||||
3
|
Alat tulis/sekolah
|
10
|
||||
4
|
Aktivitas
|
35
|
||||
5
|
Anggota Keluarga
|
10
|
||||
6
|
Perabot rumah tangga
|
20
|
||||
7
|
Alat makan
|
10
|
||||
8
|
Alat mandi
|
10
|
||||
9
|
Makanan dan minuman
|
30
|
||||
10
|
Nama buah
|
10
|
||||
11
|
Nama Kendaraan
|
10
|
||||
12
|
Nama warna
|
10
|
||||
13
|
Rasa
|
5
|
Keterangan:
T : (diketahui)
TT : (tidak diketahui)
J : (jelas)
TJ : (tidak jelas)
3.2.2
Intervensi
Intervensi
disusun berdasarkan hasil assessment awal. Flashcard yang tidak diketahui (TT)
oleh subjek dipisahkan dengan flashcard yang sudah diketahui (T). Setiap
flashcard TT diberi deskripsi singkat dengan bahasa sederhana pada bagian
belakang flashcard. Setelah semua
bahan disiapkan, dilakukan intervensi dengan rincian sebagai berikut:
Tabel
2.
Aktivitas Intervensi
No
|
Minggu
|
Aktivitas
|
Jenis Flashcard
|
Keterangan
|
1
|
I
|
Memperkenalkan anggota tubuh dan
fungsinya
Menjelaskan alat mandi serta fungsinya
|
Gambar tubuh manusia dan gambar alat
mandi
|
Setiap sesi disertai dengan cara
artikulasi yang benar
|
2
|
II
|
Memperkenalkan nama buah dan rasanya
masing-masing
Memperkenalkan nama-nama binatang dan
manfaat dan bahayanya masing-masing
|
Gambar buah dan gambar binatang
|
|
3
|
III
|
Menjelaskan Alat tulis/sekolah dan
fungsinya
Menjelaskan nama anggota keluarga dan
kedudukannya dalam keluarga
|
Gambar alat tulis/alat sekolah/foto
keluarga
|
|
4
|
IV
|
Menjelaskan berbagai aktivitas dan
pelaku aktivitas
|
Gambar aktivitas
|
|
5
|
V
|
Menjelaskan jenis makanan dan minuman
|
Gambar makanan dan minuman
|
|
6
|
VI
|
Menjelaskan berbagai perabot rumah dan
fungsinya
|
Gambar perabot
|
|
7
|
VII
|
Menjelaskan jenis-jenis alat makan dan
fungsinya beserta warna masing-masing
|
Gambar alat makan yang berwarna warni
|
|
8
|
VIII
|
Menjelaskan jenis-jenis kendaraan dan
tempat operasinya
|
Gambar kendaraan
|
Setiap selesai
satu sesi intervensi dilakukan evaluasi selama 10 menit untuk mengetahui
capaian JM pada setiap sesi.
2.2.1
Asessment Ulang
Asessment
ulang dilakukan setelah semua sesi intervensi rampung. Asessment ulang
dilakukan tetap menggunakan instrument assessment awal, yaitu seluruh flashcard berjumlah 200. Asesment ulang
dilakukan dengan teknik yang sama dengan assessment awal, namun ditambah dengan
tes pemahaman tentang kosakata pada konteks sehari-hari.
2.3 Data dan
Teknik Pengumpulan Data
Data
dalam penelitian ini adalah tuturan subjek. Teknik pengumpulan data berupa tes, wawancara, dan observasi. Teknik
observasi digunakan selama intervensi berlangsung. Melalui observasi diharapkan
tidak ada moment yang hilang. Untuk itu, observasi dilengkapi dengan teknik
perekaman dan pencatatan.
2.4 Teknik Analisis Data
Penelitian ini
menggunakan teknik presentase, yaitu menghitung persentase kosa kata yang
diketahui, baik yang artikulasinya benar, maupun yang tidak. Adapun alur analisis data dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a.
Tuturan
berupa kata ditranskripsi ke dalam bahasa tulis
b.
Menghitung
jumlah kata yang diketahui dan persentasenya
c.
Menghitung
jumlah kata yang bisa diproduksi dengan jelas dan berapa tuturan yang tidak
dapat diproduksi dengan jelas
d.
Mendeskripsi
hasil intervensi. Deskripsi bukan hanya capaian kosa kata dari segi kuantitatif, tetapi juga proses
pencapaiannya.
3.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Sesuai
disain intervensi yang telah disusun, sebelum intervensi dilakukan assessment
awal untuk mengetahui baseline 1 subjek. Asesment dilakukan untuk mengetahui
kosakata yang dimiliki oleh subjek secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil
assessment menunujukkan bahwa dari sejumlah 200 kata yang terdapat pada
flashcard, hanya 98 yang diketahui oleh
JM seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Asessment Awal
No
|
Jenis Gambar
|
Jumlah Gambar
|
Gambar T
|
Gambar TT
|
Gambar T Artikulasi
J
|
Gambar T Artikulasi
TJ
|
1
|
Anggota tubuh
|
20
|
14
|
6
|
2
|
12
|
2
|
Binatang
|
20
|
7
|
13
|
1
|
6
|
3
|
Alat tulis/sekolah
|
10
|
5
|
5
|
0
|
5
|
4
|
Aktivitas
|
35
|
21
|
14
|
2
|
19
|
5
|
Anggota Keluarga
|
10
|
8
|
2
|
4
|
4
|
6
|
Perabot rumah tangga
|
20
|
9
|
11
|
2
|
7
|
7
|
Alat makan
|
10
|
3
|
7
|
0
|
3
|
8
|
Alat mandi
|
10
|
5
|
5
|
0
|
5
|
9
|
Makanan dan minuman
|
30
|
10
|
20
|
2
|
8
|
10
|
Nama buah
|
10
|
6
|
4
|
0
|
6
|
11
|
Nama Kendaraan
|
10
|
4
|
6
|
0
|
4
|
12
|
Nama warna
|
10
|
5
|
5
|
1
|
4
|
13
|
Rasa
|
5
|
1
|
4
|
0
|
1
|
Jumlah
|
200
|
98
|
102
|
14
|
84
|
Persentase kosa kata yang
diketahui JM adalah 98 kata atau 49%.
Sedangkan kosa kata yang dapat diartikulasikan dengan benar dari kosa kata yang
diketahui adalah sebanyak 14 kata atau 14,2 %.
Setelah dilakukan intervensi
terhadap subjek ada peningkatan penguasaaan kosa kata dan cara artikulasi yang
benar. Hasil intervensi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
4. Hasil Asessment Ulang
No
|
Jenis Gambar
|
Jumlah Gambar
|
Gambar T
|
Gambar TT
|
Gambar T Artikulasi
J
|
Gambar T Artikulasi
TJ
|
1
|
Anggota tubuh
|
20
|
19
|
1
|
5
|
14
|
2
|
Binatang
|
20
|
15
|
5
|
3
|
12
|
3
|
Alat tulis/sekolah
|
10
|
10
|
0
|
1
|
9
|
4
|
Aktivitas
|
35
|
31
|
4
|
4
|
27
|
5
|
Anggota Keluarga
|
10
|
10
|
0
|
5
|
5
|
6
|
Perabot rumah tangga
|
20
|
15
|
5
|
4
|
11
|
7
|
Alat makan
|
10
|
7
|
3
|
1
|
6
|
8
|
Alat mandi
|
10
|
9
|
1
|
2
|
7
|
9
|
Makanan dan minuman
|
30
|
21
|
9
|
4
|
17
|
10
|
Nama buah
|
10
|
9
|
1
|
1
|
8
|
11
|
Nama Kendaraan
|
10
|
8
|
2
|
1
|
7
|
12
|
Nama warna
|
10
|
9
|
1
|
2
|
7
|
13
|
Rasa
|
5
|
5
|
0
|
2
|
3
|
Jumlah
|
200
|
168
|
32
|
35
|
133
|
Persentase
penguasaan kosa kata hingga akhir intervensi sebanyak 168 kata atau sebesar 84%.
Jumlah kata yang tidak jelas dapat diminimalkan sehingga persentasenya lebih
kecil dibandingkan sebelum intervensi. Kata yang jelas sebanyak 32 atau 19% . Pada saat melakukan intervensi, perhatian
subjek tertuju pada mulut peneliti. Peneliti sering terkecoh karena tidak
mendapat perhatian subjek karena mata tidak tertuju pada mata peneliti atau flashcard yang menjadi media.
4.
Kesimpulan dan
Saran
5.1
Kesimpulan
a.
Penerapan
intervensi penggunaan flashcard untuk
mengembangkan kosa kata anak yang
mengalami SLI sangat efektif.
Efektifitas penggunaan dilihat pada
adanya peningkatan kosa kata yang dikuasai dari 49% menjadi 84%. Jadi
peningkatannya mencapai 39%.
b.
Ada
peningkatan kejelasan artikulasi sebanyak 4,8% dari 168 kata yang dimiliki JM.
c.
Artikulasi
kata yang kurang jelas dapat diatasi dengan imitasi yang intensif.
4.2 Saran
a.
Asessment
dapat dilakukan pada semua bidang kebahasaan, bukan hanya kosa kata.
b.
Defisit
bahasa yang dialami oleh anak SLI sangat kompleks. Setiap defisit membutuhkan
intervensi yang berbeda-beda. Untuk itu, SLI merupakan lahan subur untuk
mengembangkan intervensi bagi anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR RUJUKAN
Bishop,
Dorothy V.M., & Margaret J. Snowling. 2004. Developmental Dyslexia and
Specific Language Impairment: Same or Different?, (Online), Psychological Bulletin, Volume 130 Nomor
6, halaman 858-886, diakses 13 Pebruari 2013.
Bishop,
Dorothy V.M. & Leonard Laurence B. 2007. Dorothy Bishop: Understanding
Specific Language Impairment. Wellcome Trust. High Quality Research.
Bishop, Dorothy V.M. & Leonard
Laurence B. 2000. Speech and Language
Impairments in Children: Causes, Characteristics, Intervention and Outcome.
New York, NY, US: Psychology Press.
Hernawati, Tati. 2009.
Intervensi Gangguan Bahasa. (Makalah) UPI Bandung (Online) file.upi.edu diakses 25 Februari 2013.
Leonard, Laurence B. 2000. Children with
Specific language Impairment. Massachusetts: Massachusetts Institute of
Technology Press.
Santrock,
John W. 2007a. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Kesebelas Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Santrock,
John W. 2007b. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Kesebelas Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Schmidt,
Will. 2012. Effective Interventions for Preschool Children with Specific
Language Impairment. (Online) Makalah
Graduate School Southern Illinois University Carbondale, diakses 15
Pebruari 2013.
Swanson, Lori A. et al. 2005. Use of Narrative-Based
Language Intervention With Children Who Have Specific Language Impairment . American Journal of Speech-Language
Pathology . Vol. 14, pp 131–143 ,
diakses 10 Maret 2013.
Van Tiel, Julia Maria. 2011. Pendidikan
Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar